Tentang dan Untuk Mereka, Manusia-Manusia Terbaik di Luar Sana

By Rayfienta G - 6:59 PM



Sudah memasuki paruh kedua perkuliahan,

Banyak wawasan baru, cerita baru, teman-teman baru, pengalaman baru, dan hal-hal lain yang belum pernah dialami sebelumnya. Banyak perasaan—ketenangan, kesenangan, kemarahan, penyesalan. Terkadang semua perasaan yang campur aduk itu bikin gue banyak mikir (bengong kali ya lebih tepatnya?). Masa perkuliahan gue menyenangkan? Yaa lumayanlah. Sejauh ini gue gak begitu merasa tertekan dengan materi kuliah yang ada, lingkungan Fakultas Psikologi cukup nyaman walaupun sepi, gue juga sudah mulai aktif di kegiatan-kegiatan di luar akademis. Tapi pada akhirnya, gue merasa nggak mungkin untuk berbohong sama diri sendiri.

Sampai detik ini belum pernah ada waktu dimana gue nggak keinget tentang SMA. Sentimental, ya? Hahaha. Iya, sebegitunya. Disini gue memahami kalau barangkali ada teman-teman yang merasakan hal yang sama seperti yang gue rasakan saat ini. Barangkali ada juga teman-teman yang mungkin gak merasakan itu sama sekali. That’s fine. Cerita orang-orang memang berbeda-beda.

Tapi, sejujurnya, SMA sangat berarti bagi gue. Tahun-tahun gue di SMP, personally, sangat-sangat berat dan kurang mengenakkan, sedangkan SMA itu sebaliknya. Bukan berarti gue gak pernah stress selama SMA, tapi stress selama di SMA itu sebanding dengan kebahagiaan yang gue dapat juga. Tahun-tahun itu mengajarkan banyak sekali—pencarian jati diri, pengorbanan, kekeluargaan, persahabatan, cinta, tantangan, ketangguhan, persaingan, pertemuan, perpisahan, (...the list goes on, and on).

Bahkan gue bisa bilang, orang-orang terbaik yang paling gue sayangi sampai detik ini, berasal dari sana. (Menye banget maap). Mereka yang saat ini masih sering gue hubungi dan ngehubungin gue juga, mereka yang peduli dengan keadaan gue, mereka yang masih mau gue ajakin ketemuan walaupun cuma sekedar untuk tukar kabar, mereka yang suka gue telfon mendadak setiap kali gue kenapa-napa, mereka yang rela meluangkan waktunya untuk gue bacotin meski cerita gue juga ga ada intinya, mereka yang selalu mendukung gue dan percaya dengan potensi gue, mereka yang masih memercayakan gue untuk dijadikan teman bercerita atau berpendapat, mereka yang selalu ngingetin kalo gue mulai nyeleneh, mereka yang satu visi dengan gue, dan masih banyak lagi.

Terdengar klise sih, tapi terkadang gue masih berpikiran—what did I do to deserve them? Lagi-lagi, bukannya mereka nggak ada celanya. Cuma, mereka banyak banget kontribusi baiknya dalam membentuk diri gue sampai jadi yang seperti ini.

Makanya, gue suka deh kalau liat foto-foto jaman masih pakai seragam SMA. Senang rasanya bisa jadi saksi atas proses mereka menjadi orang-orang yang semakin hebat kayak sekarang. (ya, meskipun sebenarnya lulus SMA juga baru kemaren sore hehe). Dan gue masih optimis banget kalau mereka akan jadi orang-orang yang prominen di masyarakat kelak.

Intinya, ini cuma curhatan biasa yang ingin gue sampaikan karena sudah mengusik pikiran gue untuk beberapa saat. Sebelum gue mengakhiri tulisan ini, ada yang mau gue sampaikan.

Teruntuk kalian yang pernah ada disana untuk berbagi kebahagiaan, kesedihan, perjuangan dan memori-memori luar biasa lainnyaterimakasih untuk segala-galanya. Dimanapun kalian berada saat ini, selamat berjuang dan berkarya di jalan kalian masing-masing.

I could never express it properly but I’m eternally grateful to have you around. Love you all to the moon and back. Jangan lupa berkabar!





Nox,
May







Note: btw khusus untuk post ini signature-nya "may" karena lebih kayak my highschool self gak sih?
daann seperti biasa, semua post yang ditulis dengan penuh perasaan (eeeww) akan disisipkan pula dengan lagu, nggak ada yang lebih cocok dari dua lagu ini.





  • Share:

You Might Also Like

0 comments