Sudah memasuki paruh kedua
perkuliahan,
Banyak wawasan baru, cerita baru,
teman-teman baru, pengalaman baru, dan hal-hal lain yang belum pernah dialami
sebelumnya. Banyak perasaan—ketenangan,
kesenangan, kemarahan, penyesalan. Terkadang semua perasaan yang campur aduk
itu bikin gue banyak mikir (bengong kali ya lebih tepatnya?). Masa perkuliahan gue menyenangkan? Yaa lumayanlah. Sejauh
ini gue gak begitu merasa tertekan dengan materi kuliah yang ada, lingkungan
Fakultas Psikologi cukup nyaman walaupun sepi, gue juga sudah mulai aktif
di kegiatan-kegiatan di luar akademis. Tapi pada akhirnya, gue merasa nggak
mungkin untuk berbohong sama diri sendiri.
Sampai detik ini belum pernah ada
waktu dimana gue nggak keinget tentang SMA. Sentimental, ya? Hahaha. Iya,
sebegitunya. Disini gue memahami kalau barangkali ada teman-teman yang
merasakan hal yang sama seperti yang gue rasakan saat ini. Barangkali ada juga
teman-teman yang mungkin gak merasakan itu sama sekali. That’s fine. Cerita
orang-orang memang berbeda-beda.
Tapi, sejujurnya, SMA sangat
berarti bagi gue. Tahun-tahun gue di SMP, personally, sangat-sangat berat dan kurang mengenakkan,
sedangkan SMA itu sebaliknya. Bukan berarti gue gak pernah stress selama SMA,
tapi stress selama di SMA itu sebanding dengan kebahagiaan yang gue dapat juga. Tahun-tahun itu mengajarkan banyak sekali—pencarian jati diri, pengorbanan, kekeluargaan, persahabatan,
cinta, tantangan, ketangguhan, persaingan, pertemuan, perpisahan, (...the list goes on, and on).
Bahkan gue bisa bilang, orang-orang
terbaik yang paling gue sayangi sampai detik ini, berasal dari sana. (Menye
banget maap). Mereka yang saat ini masih sering gue hubungi dan ngehubungin gue
juga, mereka yang peduli dengan keadaan gue, mereka yang masih mau gue ajakin
ketemuan walaupun cuma sekedar untuk tukar kabar, mereka yang suka gue telfon mendadak
setiap kali gue kenapa-napa, mereka yang rela meluangkan waktunya untuk gue
bacotin meski cerita gue juga ga ada intinya, mereka yang selalu mendukung gue
dan percaya dengan potensi gue, mereka yang masih memercayakan gue untuk
dijadikan teman bercerita atau berpendapat, mereka yang selalu ngingetin kalo gue mulai nyeleneh, mereka yang satu visi dengan gue, dan
masih banyak lagi.
Terdengar klise sih, tapi
terkadang gue masih berpikiran—what
did I do to deserve them? Lagi-lagi, bukannya mereka nggak ada celanya. Cuma,
mereka banyak banget kontribusi baiknya dalam membentuk diri gue sampai jadi yang
seperti ini.
Makanya, gue suka deh kalau liat
foto-foto jaman masih pakai seragam SMA. Senang rasanya bisa jadi saksi atas proses
mereka menjadi orang-orang yang semakin hebat kayak sekarang. (ya, meskipun sebenarnya
lulus SMA juga baru kemaren sore hehe). Dan gue masih optimis banget kalau mereka
akan jadi orang-orang yang prominen di masyarakat kelak.
Intinya, ini cuma curhatan biasa
yang ingin gue sampaikan karena sudah mengusik pikiran gue untuk beberapa saat.
Sebelum gue mengakhiri tulisan ini, ada yang mau gue sampaikan.
Teruntuk kalian yang pernah ada disana untuk berbagi kebahagiaan,
kesedihan, perjuangan dan memori-memori luar biasa lainnya—terimakasih
untuk segala-galanya. Dimanapun kalian berada saat ini, selamat berjuang dan
berkarya di jalan kalian masing-masing.
I could never express it properly but I’m eternally grateful to have
you around. Love you all to the moon and back. Jangan lupa berkabar!
May
Note: btw khusus untuk post ini signature-nya "may" karena lebih kayak my highschool self gak sih?
daann seperti biasa, semua post yang
ditulis dengan penuh perasaan (eeeww) akan disisipkan pula dengan lagu, nggak ada yang lebih cocok dari dua lagu ini.
0 comments