Mungkin sudah banyak teman-teman yang tahu kalau tanggal 2 September kemarin, saya sudah menyerahkan jabatan saya di OSIS. Sejak saat itu, saya sudah kembali ke kehidupan yang "normal" tanpa ada lagi meeting, event-planning, diskusi malam-malam, atau apapun itu yang berkenaan dengan organisasi.
Mengiringi demisioner itu, saya sudah membuat beberapa plan baru untuk mengejar pelajaran-pelajaran yang ketinggalan. Jadwal baru, agenda baru, fokus baru—everything is brand new.
Visi saya saat ini, hampir sama dengan teman-teman yang lain, yaitu, untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri idaman, khususnya di Fakultas Psikologi. (God knows how much I want to be accepted in that Faculty.) Saya sudah membuat study plan untuk tahun ini, dan minggu ini, saya lagi mencoba untuk menghilangkan sifat absent-minded yang selalu saya bawa-bawa dari dulu.
But, in addition to all that, pastinya banyak hal lain dalam diri saya yang nggak pernah berubah. Apalagi kalau bukan keinginan saya untuk terus terlibat di kegiatan non-akademis. Saya yakin, teman-teman saya yang dulunya di OSIS pasti ngerasa "kosong" setelah lepas jabatan.
Well, bisa dibilang, saya sudah mengantisipasi itu sebelum demisioner, dan saya bersyukur ternyata antisipasi untuk menghantarkan saya ke sesuatu yang sangat berharga. Curious to know why?
This is how the story began.
Di awal bulan Agustus 2017, sebulan sebelum saya demisioner, saya dapat info tentang acara yang akan diselenggarkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dengan bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Acara tersebut bernama "Parlemen Remaja 2017".
Sebagai seseorang yang suka berpartisipasi di kegiatan non-akademis. saya selalu hype banget kalau ada acara baru, apalagi yang bisa diikuti pelajar-pelajar SMA. So, I did my research about what it's all about.
Parlemen Remaja adalah sebuah kegiatan dimana pelajar-pelajar dari 34-provinsi di Indonesia dikumpulkan untuk mempelajari tentang DPR RI beserta fungsinya, melalui simulasi rapat dan sidang parlemen. Untuk menjadi bagian dari Parlemen Remaja, terdapat seleksi melalui pengumpulan essai dan CV. Melalui seleksi itu, empat pelajar dari tiap-tiap provinsi dipilih untuk menjadi delegasi dari provinsinya masing-masing.
Setelah tahu informasi itu, saya tertarik dong, untuk coba daftar. Tapi saat itu, saya sedang asyik dengan kesibukan OSIS sehingga nggak sempat-sempat untuk buat essainya.
20 Agustus, adalah hari pertama saya mulai nulis essainya. Topik Parlemen Remaja tahun ini adalah tentang "Peran Parlemen dalam Menyelamatkan Generasi Muda dari Ancaman Narkoba". Sejujurnya, saya nggak tahu banyak tentang narkoba dan regulasinya di Indonesia, kecuali dari pelajaran yang saya dapat di sekolah. Jadi, selama menulis essainya, saya sekalian research informasi dari internet.
Akhirnya, saya sukses submit essai tulisan saya tanggal 21 Agustus, tepat satu hari sebelum deadline. Ketahuan deadliner, ya? Hehe.
Seminggu kemudian, tanggal 29 Agustus, adalah hari pengumumannya. Saya selalu ngecek social media Parlemen Remaja setiap beberapa menit sepanjang hari, tapi pengumumannya nggak muncul-muncul juga.
Sampai akhirnya, jam 7 malam, ada teman saya yang nge-LINE, ngasih tau kalau saya terpilih. Awalnya saya nggak percaya, apalagi pas tahu ada 6886 applicants dari seluruh Indonesia. Baru setelah itu, ada teman saya yang lain yang nyuruh saya untuk buka website DPR RI.
Thankfully, they were right. I was blessed with the opportunity to become a part of Parlemen Remaja 2017! :)
Thankfully, they were right. I was blessed with the opportunity to become a part of Parlemen Remaja 2017! :)
September 11
Hari pertama yang mengawali rangkaian kegiatan Parlemen Remaja 2017. Saya pergi ke lokasi acara bareng salah satu delegasi lain dari DKI Jakarta, Sherina, yang kebetulan rumahnya dekatan sama rumah saya. Butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk tiba di Wisma Griya Sabha DPR RI, yang berlokasi di Kopo, Cisarua, Bogor.
Sesampainya kita di sana, kita registrasi untuk bisa dapat kunci kamar Villa, beserta perlengkapan Parlemen Remaja (termasuk backpack, baju olahraga, topi, jaket, dll.) yang disediakan panitia.
The early-arrival Jabodetabek team* |
Kamar saya namanya Mengkudu. Saya "tinggal" disana bersama tiga orang delegasi lainnya: Afra dari Aceh, Sarah dari Kalimantan Selatan, dan Nurul dari Sulawesi Tengah.
Di malam harinya, kita berkumpul di ruang aula untuk mengikuti prosesi Pembukaan dan Perkenalan dari panitia.
Introduction from the Committee* |
Pagi harinya, kita sempat senam pagi dan main games per kelompok, biar semakin kenal antara satu sama lain.
Kelompok saya adalah kelompok yang ketujuh, yang diberi nama "7 Icons".
Group games* |
Sehabis makan siang, barulah Upacara Pembukaan yang sebenarnya. Semenjak itu, kita diberi gelar baru: "Yang Terhormat Anggota Parlemen Remaja."
Di hari yang sama, kita juga mengikuti tiga Panel Discussions. Yang pertama mengenai bahaya Narkoba, yang kedua tentang Mekanisme Kerja dan Fungsi DPR RI, dan yang terakhir mengenai generasi pemuda anti-Narkoba.
Ibu Drs. Damayanti (L) & Bapak Achmad Djuned, S.H., M.Hum (C)* |
Bapak Irjen. Pol Drs. Arief Wicaksono Sudiutomo (L) & Brigjen. Pol. Purn. Drs. Ashar Suryobroto, M.Si. (R)* |
September 13
Adalah hari di mana kita melaksanakan Kunjungan Kerja ke Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional d9 Lido. Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok saya adalah kelompok pertama yang diketuai oleh Farhan Azis dari Sulawesi Selatan.
Selama kunjungan, kita berkesempatan untuk melihat residen-residen disana. Honestly, I had goosebumps saaat melihat residen-residen muda yang menampilkan permainan kolintang. Sayangnya, saya nggak bisa mengabadikan momen itu karena masalah privasi, but I'm just gonna tell you that they were amazing!
Balai Besar Rehabilitasi BNN, Lido |
Interview with the psychologists in Balai Besar Rehabilitasi BNN, Lido |
Practice for the Simulation* |
Saya ingat betul, jam 4 pagi kita dibangunkan oleh suara sirine. Kita harus kumpul pagi-pagi karena mau berangkat ke Gedung MPR/DPR yang berlokasi di Senayan, Jakarta.
Saya dan teman-teman peserta Parlemen Remaja tiba disana jam 6, and I can recall how delighted everyone was.
Afra (L) and me (R) in front of the MPR/DPR Building |
The Plenary 1 Room/Ruang Paripurna 1, the place where almost all Presidents of Indonesia were inaugurated* |
DPR RI Library |
Sehabis makan siang, sampailah ke momen yang paling ditunggu-tunggu: Simulasi Sidang Paripurna!
Sidang dibagi menjadi tiga bagian:
- Rapat Internal Panitia Khusus, untuk membahas hasil Kunjungan Kerja sebelumnya. Rapat ini dipimpin oleh Hesdo dari Maluku.
- Rapat Kerja Panitia Khusus, untuk membahas pandangan masing-masing fraksi mengenai Rancangan Undang-Undang. Rapat ini dipimpin oleh Ammar dari Sulawesi Barat.
- Sidang Paripurna, untuk membahas keputusan akhir Parlemen. Sidang ini dipimpin oleh Taufiq dari Kepulauan Riau, selaku Ketua Parlemen Remaja 2017.
The vibes of the meetings were incredible!
The tension,
Internal Meeting of Parlemen Remaja 2017* |
Working Meeting of Parlemen Remaja 2017* |
The pride.
Plenary Session/Sidang Paripurna Parlemen Remaja 2017* |
|
September 15
...adalah hari terakhir Parlemen Remaja. Kita ditemani kakak-kakak dari UI untuk mengelilingi sekitaran kampus Univesitas Indonesia, mulai dari gedung-gedung kampus, perpustakaan, dan juga the iconic front lawn of the Rectorat Office!
(L-R) Thia, Afra, me, and Ika. The yellow jackets 2018, perhaps? |
Sayangnya, karena saya delegasi dari Jabodetabek, saya nggak bisa ikut peserta-peserta yang lainnya ke Bandara. So, I had to say goodbye earlier to them :(
Walau rangkaian kegiatan sudah selesai dan kita semua sudah kembali ke provinsi masing-masing, seluruh memori dari lima hari itu are still worth remembering.
Deep down I'm wishing that we can get the chance to see each other again--be it another national event, reunion, or at our respective universities in the future.
Jarang-jarang saya ngasih rekomendasi lagu di blog, tapi lagu ini mengingatkan saya sama teman-teman Parja. so here it goes: Hitam & Putih dari Fourtwnty.
Nox,
Ray.
*(Photo courtesy of DPR RI)
Walau rangkaian kegiatan sudah selesai dan kita semua sudah kembali ke provinsi masing-masing, seluruh memori dari lima hari itu are still worth remembering.
Deep down I'm wishing that we can get the chance to see each other again--be it another national event, reunion, or at our respective universities in the future.
Parlemen Remaja 2017 with Bapak Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc. |
Nox,
Ray.
*(Photo courtesy of DPR RI)
0 comments